Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021
memakmurkan masjid :  Sungguhan atau Suguhan? Sudah menjadi rahasia umum, bila memasuki bulan suci ramadan Masjid menjadi ramai dan meriah. Sejak hari pertama ramadan, masjid sudah dipenuhi dan dijejali dengan masyarakat Islam, yang berduyun-duyun bersama keluarga dan handai taulan, sahabat dan teman untuk melaksanakan ibadah shalat tarawih. Hari-hari berikutnya, hampir semua kegiatan yang berkaitan dengan ramadan dipusatkan di masjid, sehingga masjid tidak lagi sepi dari kegiatan. Belum lagi kegiatan-kegiatan ibadah lainnya, seperti shalat wajib hampir setiap waktu jamaahnya bertambah. Tadarus al-Qur’an juga setiap saat selalu dilakukan oleh masyarakat di Masjid. Bahkan banyak yang diorganisir melakukan tadarus al-Qur’an setelah shalat Tarawih di Masjid.Kajian dan halaqah keislaman, menambah  masjid lebih elegan dan dan makmur. Ramadan seolah menjadi magnit yang menarik umat untuk melakukan ibadah dengan mengkonsentrasikan ibadahnya di masjid-masjid. Mulai dari dini hari sebelum sub
 mendambakan doa malaikat           I nfaq merupakan salah satu ibadah  utama yang mendapat doa atau didoakan oleh malaikat bagi yang melaksanakannya.  Tidak semua ibadah dalam Islam yang mendapat atau didoakan oleh malaikat. Ini semacam apresiasi yang memberi motivasi untuk berfastabiqul khairat dalam berinfaq. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh  dua imam besar hadits, al-Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah menceritakan bahwa Nabi Saw. bersabda, مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا "Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali  akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata; "Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil) &
KEUTAMAAN SEDEKAH           Harta benda adalah milik Allah SWT. Allah telah mengamanahkannya ke pada para hambaNya, agar diketahui bagaimana mereka membelanjakannya.   Kemudian, mereka akan ditanya tentang hartanya saat mereka mendapat-kannya dan kemana mereka membelanja-kannya? Barangsiapa yang mendapatkannya dengan cara halal dan benar-benar menunaikan amanah tersebut secara baik, dengan membelanjakannya untukketaatan kepada Alah SWT. dan mengharap ridha-Nya, maka ia akan mendapatkan pahala atas langkahnya yang baik tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor kebahagiannnya..      Namun sebaliknya, barangsiapa yang mendapatkan hartanya dengan cara yang haram dan menyalahgunakan amanah tersebut dengan membelanjakannya dalam hal-hal yang diharamkan, maka kelak ia akan mendapatkan balasannya. Hal itulah yang menjadi salah satu sebab K ebinasaan dan kesengsaraannya, kecuali Allah mengampuninya dengan kasih sayangNya. Bertolak dari hal ini, maka hendaklah seorang hamba –bila m
  INFAQ FI SABILILLAH OLEH : ZA'IM FATHONI AFWAN        Pasca sukses melakukan hijrah dari Makkah al-Mukarromah    menuju  kota Yatsrib , yang kemu dian  dikenal dengan   Madinah al-Munawwarah , Rasulullah Saw. berkeinginan melakukan umrah bersama para sahabatnya. Cukup lama Nabi menanti saat-saat dapat mengunjungi Baitullah itu. Enam tahun setelah sukses hijrah ke Madinah beliau menunggu saat yang tepat mengobati rindu ke Baitullah , berumrah di sana. Maka bersama para sahabatnya beliau meninggalkan Madinah menuju Makkah untuk mengerjakan umrah.  Setelah rombongan itu sampai dii Hudaibiyah, mereka dihalangi oleh kaum musyrik dan tidak dibolehkan memasuki kota Makkah, sehingga rombongan Rasulullah Saw. terpaksa berada di Hudaibiyah selama satu bulan lamanya. Akhirnya diadakan perjanjian damai yang dikenal dalam sejarah sebagai perjanjian Hudaibiyah. Isinya antara lain: Pertama, rombongan Rasulullah Saw. harus pulang kembali ke Madinah pada tahun itu. Kedua, pada tahun berikutnya,